TAKTIK-TAKTIK PENGENDALIAN HAMA

DALAM PERLINDUNGAN TANAMAN TERHADAP

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

KELOMPOK HAMA

PENDAHULUAN

Taktik pengendalian hama adalah teknik atau cara mengurangi populasi hama atau tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama dengan upaya-upaya tertentu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan tindakan pencegahan (preventif), dan tindakan penanganan masalah hama(kuratif). Tindakan preventif dapat diartikan mencegah masuknya jenis hama“baru” dari satu negara ke negara lain, atau dari satu pulau ke pulau lain, atau dari satu wilayah ke wilayah lain. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan Karantina Tumbuhan, atau melalui perundang-undangan atau peraturan-peraturan. Cara ini lebih dikenal dengan taktik Legislatif. Namun secara sempit preventif diartikan mencegah serangan hamayang telah ada di areal pertanaman dengan berbagai tindakan. Membungkus buah nangka dengan daun kelapa dimaksudkan untuk menghindari buah terhadap serangan lalat buah Dacus spp.. Memagari keliling petak pembibitan padi dengan plastik setinggi satu meter merupakan upaya preventif terhadap serangan hama tikus sawah, Rattus rattus argentiventer.

Tindakan kuratif dimaksudkan upaya penanganan permasalahanhamasetelah terjadi serangan. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara atau taktik mekanis, fisis, kultur teknis, penanaman varietas tahanhama, pemanfaatan musuh alamihama, penggunaan senyawa-senyawa atraktan (menarikhama), repelen (mengusirhama), feromon, dan rekayasa genetika, serta penggunaan pestisida. Secara singkat taktik-taktik tersebut akan diuraikan satu per satu seperti di bawah ini.

  1. TAKTIK MEKANIS

 

Adalah upaya pengurangan populasi hamaatau tingkat kerusakan tanaman dengan menggunakan cara atau teknik mekanis. Taktik ini dapat dilakukan antara lain : mencari dan membunuh langsung, seperti yang pernah dilakukan terhadap ulat daun kubis baik Plutella xylostella maupun Crocidolomia binotalis. Taktik ini termasuk menghalangi peletakan telur atau perusakan larva, misalnya membungkus buah-buah (jambu, belimbing, nangka, mangga, dsb.) selagi masih muda dapat menghalangi peletakkan telur lalat buah Dacus spp. Pembungkusan buah kakao muda dengan plastik dapat menghalangi peletakan telur ngengat buah kakao Conopomorpha cramerella Snellen. Penggelaran mulsa jerami pada lahan yang telah ditanam benih kedelai dapat menghalangi peletakan telur hama lalat bibit kacang Ophiomyia phaseoli ataupun Melanagromyza sojae.

Taktik mekanis juga dapat dilakukan dengan memotong dan menghancurkan bagian tanaman terserang. Hal tersebut telah lazim dikerjakan dengan memotong pucuk tanaman tebu yang terserang penggerek pucuk Scirpophaga nivella, hingga larvanya ikut bagian terpotong kemudian bagian ini dihancurkan atau untuk pakan ternak. Pekerjaan tersebut dikenal dengan nama Rogesan. Untuk mengendalikan ulat daun kelapa, Artona catoxantha, dapat dilakukan dengan memotong pelepah daun terserang kemudian menghancurkannya. Pekerjaan tersebut dinamakan Progolan. Pengendalian bubuk buah kopi, Hypothenemus (=Stephanoderes) hampei, dapat dilakukan dengan memanen seluruh biji kopi, kemudian biji terserang disortir dan hamanya dimatikan. Pekerjaan tersebut dinamakan Rampasan.

Taktik mekanis juga dapat dilakukan dengan menghalangi kehadiran dan serangan hama, misalnya memasang kerodong kasa raksasa pada lahan pertanaman tembakau Vorstenlanden dalam rangka menghindari berbagai jenis hama pemakan daun seperti ulat daun tembakau (Spodoptera litura, Agrotis ypsilon, Helicoverpa armigera, Plusia sp.) maupun belalang (Valanga nigricornis, Oxia chinensis) yang dilakukan di daerah Klaten bertujuan agar daun tembakau utuh serta tidak mengandung residu insektisida.

Taktik mekanis dapat dilakukan dengan membongkar sarang tikus sawah,Rattus rattus argentiventer, di pematang-pematang  lalu menangkap dan membunuh tikus-tikus sawah yang berlarian dari sarang. Sering menggunakan jasa anjing untuk mengejar tikus yang berlarian. Pekerjaan tersebut dinamakan Gropyokan.

Taktik mekanis juga dapat dilakukan dengan cara mengusir binatang hamadari pertanaman. Misalnya dengan memasang orang-orangan di tengah areal pertanaman padi menjelang panen kemudian digerak-gerakkan dengan tali rafia untuk mengusir burung pipit (Munia sp.), burung gelatik (Padda oryzivora), dan burung gereja (Passer montanus malaccensis). Pada tanaman kelapa di pedesaan sering dipasang goprak, yaitu alat yang terbuat dari bambu yang dipasang pada pelepah daun kelapa, yang pada ujungnya diikatkan tali ke bawah. Apabila tali digerakkan dari bawah maka akan timbul bunyi prak prak prak yang dapat mengusir hama tupai (bajing), Callosciurus notatus.

 

  1. TAKTIK FISIS

 

Adalah teknik atau cara pengendalian hama dengan memanfaatkan faktor-faktor fisis yang tersedia. Taktik tersebut dapat dilakukan antara lain dengan mnggunakan cahaya, misalnya dengan menangkap ngengat penggerek batang padi kompleks menggunakan lampu petromaks atau obor. Selanjutnya ngengat tertangkap dimatikan. Lampu perangkap (Light trap) kerap kali dipasang di areal pertanaman untuk menangkap seranggahama dewasa yang tertarik cahaya lampu. Setelah diketahui jenis dan jumlah serangga yang tertangkap kemudian dimatikan. Disamping dapat mengurangi populasi serangga dewasa (induk) juga bermanfaat untuk monitoring dan peramalanhama.

Taktik fisis juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan peran sinar radioaktif. Misalnya dengan menggunakan sinar X atau sinar gamma yang ditembakkan pada karung yang berisi beras, gabah, jagung, gaplek, atau biji kacang-kacangan dapat membunuh hama-hama pasca panen yang menyerang.

Taktik fisis juga dapat dilakukan dengan menggunakan suhu, misalnya menggunakan suhu panas di dalam ruang khusus dapat mematikan hama-hama pasca panen yang menyerang. Hal tersebut ditujukan bagi komoditi-komoditi yang tahan terhadap suhu panas seperti beras, gabah, jagung, gaplek, biji kacang-kacangan. Sedang bagi komoditi yang tidak tahan panas seperti sayur-sayuran dan buah-buahan dapat dilakukan dengan menggunakan suhu dingin.

Taktik fisis dapat dilakukan dengan menggunakan air, dengan menggenangi lahan dapat mematikan hama-hama  dalam tanah seperti lundi, ulat grayak, telur-telur belalang, jengkerik, gangsir, nematoda parasit tanaman. Sebaliknya bagi serangga hamayang menyukai air seperti hamaputih padi, Nymphula depunctalis, perlu dilakukan pengeringan sementara.

Di negara-negara maju telah memanfaatkan gelombang suara, dalam frekuensi tertentu dapat mengusir burung-burunghama.

 

  1. TAKTIK KULTUR TEKNIS

 

Adalah pengurangan populasihamaatau tingkat kerusakan tanaman dengan melakukan cara bercocok tanam yang baik dan benar. Bercocok tanam yang baik dan benar bertujuan tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi sekaligus mencegah atau mengendalikanhama. Dengan kata lain adalah bahwa setiap langkah dalam pengerjaan budidaya tanaman harus selalu berorientasi pada peningkatan produktivitas tanaman dan pengendalianhama. Taktik ini dapat dilakukan dengan :

  1. Mengupayakan agroekosistem tidak sesuai bagi kehidupanhama, misalnya dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :

(1)   Sanitasi, artinya membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman yang masih hidup (singgang-singgang), sisa-sisa tanaman yang telah mati, tumbuhan yang menjadi inang alternatifhama, bagian tanaman terseranghama, bagian tanaman yang jatuh di permukaan tanah (daun, buah).

(2)   Eradikasi, artinya menghancurkan tanaman terserang parah yang tidak mungkin lagi dapat diselamatkan (puso), menghancurkan habitat yang digunakan sebagai tempat bertelur, tempat hidup larva, dan pupa.

(3)   Mengolah lahan, disamping bertujuan agronomik sedapat mungkin dikaitkan dengan upaya pengurangan populasihamadalam tanah (lundi, ulat grayak, jengkerik, gangsir, nematoda parasit). Bila tanah diolah misalnya dicangkul atau dibajak maka tanah posisinya terbalik, hama-hama dalam tanah akan terlihat dan mati dimakan semut atau burung atau mati karena tersengat terik matahari.

(4)   Pengelolaan air, dapat dilakukan penggenangan atau pengeringan sesuai kebutuhan tanaman dan pengendalianhama(seperti taktik fisis).

  1. Mengganggu kelangsungan penyediaan kebutuhan hiduphama. Taktik ini dapat dilakukan dengan tindakan sebagai berikut :

(1)   Rotasi (gilir) tanaman, berarti memutus siklus hidup suatu jenishama. Pola tanam padi-padi-palawija, atau padi-palawija-diberokan, dapat mengurangihamautama padi (wereng coklat dan tikus sawah). Demikian juga gilir varietas padi dapat mencegah munculnya biotipe pada wereng coklat.

(2)   Pemberoan lahan, dimaksudkan lahan tidak ditanami untuk beberapa bulan, agarhamatidak memperoleh sumber pakan yang sesuai.

(3)   Menanam serempak, tujuannya adalah agar persediaan sumber pakan di lapangan tersedianya hanya dalam waktu yang pendek, sehingga ada periode kekosongan pakan bagihama. Cara tersebut lebih dianjurkan untuk tanaman padi, dalam rangka mengendalikanhamawereng coklat dan penggerek batang padi.

(4)   Mengatur jarak tanam, dimaksudkan menanam dengan jarak tanam yang tepat agar produktivitas tinggi tetapi tidak mendorong perkembanganhamautama.

(5)   Membuat fenologi tanaman tidak sinkron dengan fenologihama, cara ini dapat dilakukan dengan mengajukan atau mengundurkan saat tanam atau saat panen.

(6)   Menghalangi peletakkan telur, cara ini telah dilakukan dengan menutup lahan yang telah ditanam benih kedelai menggunakan mulsa jerami atau mulsa lain dalam rangka menghalangi peletakan telurhamalalat bibit (lalat kacang).

  1. Mengupayakan populasihamamenjauhi pertanaman pokok, cara ini dapat dilakukan dengan :

(1)   Menanam tanaman perangkap, misalnya menanam sederet tanaman jagung pada areal  pertanaman kapas dapat menarik ngengat Helicoverpa armigera untuk meletakkan telurnya di permukaan rambut jagung, dengan demikian dapat mengurangi tingkat serangan penggerek buah (boll) kapas.

(2)   Memanen secara bertahap, bagi tanaman yang dapat dipanen lebih dari satu kali. Hal tersebut dimaksudkan agar populasihamatidak berpindah secara serempak ke pertanaman terdekat.

  1. Mengurangi tingkat kerusakan tanaman, tindakan ini dapat dilakukan antara lain dengan :

(1)   Meningkatkan toleransi tanaman inang, cara ini dilakukan dengan memupuk tanaman secara berimbang antara N, P, dan K, serta penambahan unsur-unsur mikro untuk meningkatkan kesehatan tanaman dengan harapan toleransi tanaman terhadap serangan hama menjadi meningkat pula. Sangat dianjurkan untuk menggunakan pupuk organic dan menjaga kesehatan tanah.

(2)   Mengubah jadwal panen, dengan panen lebih awal maka akan mengurangi tingkat kerusakan tanaman dibanding dengan yang dipanen terakhir.

 

  1. TAKTIK PENANAMAN TANAMAN TAHAN HAMA

 

Batasan tentang tanaman tahan hamaadalah tanaman yang memiliki sifat morfologi dan atau sifat biokimia spesifik yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku dan atau metabolisme serangga, sehingga mengakibatkan tingkat kerusakan tanaman tahan lebih ringan dibanding tanaman tidak tahan pada spesies tanaman sama, populasi hamasama, serta kondisi lingkungan sama. Di alam tanaman tahan hamadapat berasal dari faktor lingkungan yang dikenal sebagai ketahanan ekologis. Ketahanan tersebut tidak dapat diturunkan, bersifat sementara, sering disebut ketahanan palsu (Pseudoresistance). Ketahanan ekologis dibedakan menjadi dua, yaitu :

  1. Ketahanan Fenologi asinkroni
  2. Ketahanan induksi

Disamping ketahanan ekologis dikenal ketahanan genetis. Sifat ketahanan genetis dapat diturunkan dari generasi ke generasi dan bersifat permanen.

Berdasarkan sumber ketahanannya, Painter (1951 cit. Metcalf (1975) membedakan ketahanan menjadi tiga macam, yaitu :

  1. Non Preference (tanaman tidak disukai baik sebagai sumber pakan maupun tempat meletakkan telur bagi serangga hama). Kogan (1982) memberi istilah lebih tepat, yaitu antixenosis (menolak kedatangan hamabaik untuk makan maupun meletakkan telur). Terdapat dua antixenosis, yaitu antixenosis morfologik (memiliki bentuk morfologi tidak disukai hama, misalnya daun kapas yang berbulu lebat tahan terhadap hamawereng Empoasca fabae), dan antixenosis kimiawi (mengandung senyawa allomone, misalnya tanaman kapas yang mengandung gosipol tahan terhadap penggerek buah kapas, Helicoverpa armigera).
  2. Antibiotik (tanaman disukai olehhama, tetapi mengandung senyawa-senyawa yang merugikanhamadalam proses metabolismenya).Hamayang telah memakan tanaman yang berbasis antibiotik akan menunjukkan simtom (gejala) mulai dari yang paling parah (akut) sampai yang paling ringan (sub kronis). Simtom tersebut adalah sebagai berikut :

(1)   Larva muda mati beberapa saat setelah mengkonsumsi tanaman

(2)   Larva gagal menjadi pupa

(3)   Pupa gagal menjadi dewasa atau imago

(4)   Dewasa kerdil, segera mati dan tidak mampu bertelur

(5)   Dewasa mampu bertelur tetapi tingkat fekunditas rendah, fertilitas telur rendah

(6)   Umur dewasa (longivitas) pendek

c.   Toleran, tanaman disukai hama tetapi memiliki kemampuan menyembuhkan luka akibat serangan hama atau memiliki sifat regenerasi tinggi, sehingga tanaman tetap berproduksi tinggi tidak kalah dengan tanaman yang tidak terserang.

Ketahanan genetik dibedakan menjadi dua, yaitu :

  1. Ketahanan vertikal, bersumber pada satu atau beberapa gen tahan, memiliki daya ketahanan tinggi, sifat ketahanannya mudah dipatahkan karenahamacepat membentuk biotipe baru, dan hanya efektif untuk satu spesieshama.
  2. Ketahanan horizontal, bersumber pada banyak gen tahan, daya ketahanannya sedang, sifat ketahanannya tidak mudah dipatahkan, dan efektif untuk beberapa spesieshama.

Pembagian lain dikemukakan oleh Day (1972) membagi ketahanan menjadi empat, yaitu :

  1. Ketahanan oligogenik; bila hanya satu gen yang mengendalikan sifat tahan disebut ketahanan monogenik, sedang bila terdiri dari 2 atau 3 gen pengendali dinamakan ketahanan oligogenik.
  2. Ketahanan poligenik; memiliki banyak gen yang mengendalikan sifat tahan.
  3. Ketahanan sitoplasmik; mutasi terjadi pada sitoplasma, memiliki ketahanan terhadap penyakit tanaman, sedang padahamabelum pernah dilaporkan.
  4. Ketahanan ontogenik; ketahanan timbul bersamaan meningkatnya umur tanaman, biasanya semakin tua umur tanaman ketahanannya semakin meningkat karena terkait dengan meningkatnya kandungan antibiotik.

Tanaman tahanhamadapat diperoleh melalui :

  1. Seleksi lingkungan, terjadi karena tekanan lingkungan terus menerus, tanaman mengalami adaptasi dan bersifat tahan
  2. Persilangan (breeding), antara tanaman tahanhama dengan tanaman peka tetapi memiliki pertumbuhan agronomik dan produktivitas tinggi, sehingga diperoleh tanaman tahanhama yang memiliki pertumbuhan agonomik dan produktivitas tinggi.
  3. Mutasi, mengalami perubahan dari tanaman peka menjadi tahan dan sifat ketahanannya diturunkan. Dibedakan menjadi tiga, yaitu mutasi spontan (tiba-tiba terjadi mutasi, yang sifatnya alami); mutasi induksi (dirangsang dengan senyawa kimia seperti kolkhisin); mutasi karena ditembak dengan sinar X atau sinar gamma (Co60)
  4. Rekayasa genetik, tanaman peka dengan produktivitas tinggi dimasuki DNA Bacillus thringiensis misalnya maka akan diperoleh tanaman tahan terhadaphama ulat (Lepidoptera) dan memiliki produktivitas tingggi. Pada era bioteknologi saat ini hal tersebut dikenal sebagai transgenik.

Tanaman tahanhamaberperan penting dalam pengendalianhamakarena memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut :

  1. Mudah diadopsi oleh petani
  2. Ekonomis, karena tidak memerlukan biaya tambahan
  3. Kompatibel (dapat dipadukan) dengan taktik pengendalian lain
  4. Bersifat komulatif, spesifik, dan persisten
  5. Ramah lingkungan
  6. Pelaksanaannya mudah

Tetapi tidak menutup mata bahwa tanaman tahanhamamemiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut :

  1. Waktu perakitannya lama (5-10 tahun)
  2. Plasma nutfah sebagai sumber gen tahan langka keberadaannya
  3. Patahnya ketahanan (tanaman menjadi peka) akibat munculnya biotipe baru
  4. Kadang terjadi konflik, disatu pihak tahan terhadaphamautama tetapi dilain pihak peka terhadaphamasekunder. Hal tersebut akan mendoronghamasekunder menjadihamautama.

 

  1. TAKTIK PEMANFAATAN PERAN MUSUH ALAMI

 

Yang dimaksud dengan musuh alami adalah organisme yang sumber pakannya berupahamatanaman. Musuh alami dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu : Parasitoid, predator, dan patogenhama. Musuh alami berupa makhluk hidup, sehingga taktik tersebut juga dikenal sebagai taktik pengendalian hayati atau pengendalian biologis. Parasitoid dan predator berupa serangga atau binatang lain, sedang patogenhamaberupa mikroorganisme (jamur, bakteri, virus, protozoa).

Perlu dibedakan antara pengendalian hayati atau biologis (Biological Control) dengan pengendalian alami (Natural Control) yang kerap kali rancu. Pengendalian hayati adalah pemanfaatan musuh alami (parasitoid, predator, atau patogenhama) untuk menekan populasi hama atau tingkat kerusakan tanaman sampai ke batas yang tidak merugikan secara ekonomik. Jadi dalam hal ini orang atau petani sadar dan ikut campur tangan dalam memanfaatkan peran musuh alami tersebut. Pengendalian alami adalah pengaturan populasi hama sampai ke titik terendah atau tertinggi karena aksi faktor lingkungan (faktor biotik maupun faktor abiotik). Pengendalian alami adalah murni berasal dari alam, orang atau petani tidak tahu menahu dan tidak ikut campur tangan di dalam aksi tersebut.

Parasitoid adalah serangga atau binatang lain (misalnya nematoda) yang hidup pada atau di dalam inang (hama), yang mengakibatkan kematian inangnya secara perlahan-lahan. Dikenal ektoparasitoid apabila parasitoid tersebut berada dan menyerang dari luar tubuh inangnya, sedang endoparasitoid apabila parasitoid berada dan menyerang di dalam tubuh inangnya.

Parasitoid serangga dewasa atau imago hidup bebas di alam, mencari pakan berupa madu, nektar, atau polen; melakukan perkawinan, dan meletakkan telurnya di luar atau di dalam tubuh inang biasanya dengan bantuan ovipositor. Satu inang mungkin hanya ditempati oleh satu individu parasitoid saja, maka parasitoid tersebut dikenal sebagai solitary-parasitoid. Sebaliknya apabila satu inang dihuni oleh dua atau lebih parasitoid, maka parasitoid tersebut dikenal sebagai gregarious-parasitoid. Bila dilihat dari keberadaan parasitoid dan banyaknya individu parasitoid yang menyerang inang maka akan diperoleh solitary-ekto-parasitoid (parasitoid tunggal berada dan menyerang dari luar tubuh inang), solitary-endo-parasitoid (parasitoid tunggal berada dan menyerang di dalam tubuh inang), gregarious-ekto-parasitoid (parasitoid ganda atau banyak berada dan menyerang dari luar tubuh inang), dan gregarious-endo-parasitoid (parasitoid ganda atau banyak berada dan menyerang di dalam tubuh inang)

Gregarious dibedakan menjadi dua macam, yaitu super-parasitoid (apabila dalam satu inang terdapat dua atau lebih individu satu spesies parasitoid), dan multiple-parasitoid (apabila dalam satu tubuh inang terdapat dua atau lebih spesies parasitoid). Parasitoid yang langsung menyerang seranggahamadisebut parasitoid primer. Di lapangan kadang parasitoid yang menyerang hama(parasitoid primer) diserang oleh parasitoid lain, maka parasitoid tersebut dinamakan parasitoid sekunder. Apabila parasitoid sekunder diserang oleh parasitoit lain, maka parasitoid yang menyerang dinamakan parasitoid tersier, begitu seterusnya. Suatu peristiwa parasitoid diparasitir oleh parasitoid lain lazim dinamakan hiperparasitisme.

Parasitoid memiliki spesifikasi inang dan stadium inang. Misalnya stadium inang yang diserang telur, maka parasitoid tersebut dinamakan parasitoid telur. Parasitoid telur tidak mau menyerang stadium larva, pupa, atau dewasa inang. Contoh parasitoid telur adalah : Trichogramma australicum, T. japonicum, Telenomus spp., dan Xanthopimpla sp. Parasitoid larva misalnya Apanteles artonae, Diadegma eucerophaga, dan Stenobrachon sp., hanya menyerang stadium larva inang. Demikian pula parasitoid pupa misalnya Brachimeria sp., hanya menyerang pupa inang.

Predator adalah binatang yang hidup secara bebas di alam, memangsa binatang lain termasuk memangsahama. Biasanya predator memiliki tubuh yang lebih besar dan kuat dari pada tubuh mangsanya. Predator mematikan mangsanya seketika (cepat) kemudian dimangsa. Dalam satu hari seekor predator mampu memangsa dua ekor mangsa, bahkan sampai puluhan ekor. Predator lebih efektif memangsahamadibanding parasitoid.

Pemanfaatan predator untuk mengendalikan hamatelah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu di daratan Chinadengan menggunakan kucing sebagai pemangsa tikus. Keberhasilan dari taktik pemanfaatan musuh alami baru dirasakan pada tahun 1888 yaitu keberhasilan pemanfaatan kumbang vedalia, Rodolia cardinalis untuk mengendalikan hama kutu jeruk, Icerya purchasi di Kalifornia, Amerika Serikat. Kumbang predator vedalia tersebut didatangkan dariAustralia yaitu sebagai negara asal tanaman jeruk Kalifornia pada tahun 1883. Keberhasilan tersebut telah membuka lembaran baru dan ditetapkan bahwa tahun 1888 sebagai awal dimulainya pengendalian hayati.

Predator dalam kehidupan sehari-hari mudah kita jumpai misalnya anjing, kucing, ular, cicak, katak, kelelawar, burung (seperti burung hantu, Tytus alba).  Predator dari golongan serangga misalnya : kumbang buas dari suku Coccinellidae, kepik buas dari suku Reduviidae, lebah buas dari suku Vespidae, lalat buas dari suku Xyrphidae, laba-laba buas Lycosa, bangsa capung, bangsa cecopet.

Dalam mengoptimalkan peran musuh alami dapat ditempuh melalui 3 jalan, yaitu :

  1. Konservasi musuh alami, terutama bersifat preventif dengan membatasi tindakan yang dapat memacu pertumbuhan populasihama(pupuk N berlebihan, menanam varietas peka), dan mengurangi (bila mungkin meniadakan) aplikasi pestisida.
  2. Augmentasi, yaitu teknik peningkatan musuh alami dengan cara melepas musuh alami ke lapangan, melalui cara-cara :

(1)   Inokulatif, pelepasan musuh alami dilakukan satu kali dalam semusim atau setahun dengan harapan agar musuh alami tersebut dapat berkolonisasi dan menyebar luas ke seluruh areal pertanaman. Hal ini dilakukan dengan tujuan menjaga poulasihamatetap berada dalam aras keseimbangan, sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan kerugian ekonomik.

(2)   Suplementatif, pelepasan ini dilakukan apabila poulasi musuh alami sudah tidak mampu lagi menekan populasihama. Pelepasan ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi musuh alami agar lebih efektif.

(3)   Inundatif, pelepasan musuh alami dilakukan secara besar-besaran bahkan dengan interval waktu tertentu. Tujuan pelepasan ini adalah agar individu-individu musuh alami mampu menekan populasi hamadalam waktu singkat, sehingga cara ini juga dikenal sebagai insektisida biologis. Pada perkebunan tebu milik perusahaan, pelepasan parasitoid telur Trichogramma australicum sebanyak 150.000 ekor per hektar dapat menekan populasi penggerek pucuk tebu Scirpophaga nivella atau tingkat kerusakan pucuk tebu. Syarat yang harus dipenuhi adalah musuh alami tersebut harus dapat dibiakkan secara massal (mass rearing) di laboratorium dengan pakan alternative (pakan buatan).

  1. Introduksi, yaitu mengimpor musuh alami seperti dilakukan oleh pemerintah Indonesiaterhadap kumbang buas Curinus coreuleus yang diimpor dari Hawai untuk mengendalikan kutu loncat lamtoro.

Dalam memanfaatkan peran parasitoid dan predator perlu diperhatikan 3 hal sebagai berikut :

  1. Mengenal ciri-ciri umum yang dimiliki oleh parasitoid dan predator, yaitu :

(1).  Memiliki tingkat kemampuan mencari mangsa tinggi, terutama pada  tingkat populasi hama rendah

(2).  Memiliki inang spesifik, kadang sifat polifah juga baik karena daya adaptasi pada lingkungan beragam lebih tinggi

(3). Kemampuan berkembangbiak tinggi, ditandai dengan keperidian    tinggi, fekunditas tinggi, longivitas panjang, siklus hidup pendek bagi parasitoid dan panjang bagi predator.

(4). Memiliki kemampuan beradaptasi terhadap relung (niche) inang tinggi

(5).  Mudah dibiakkan secara massal di Laboratorium dengan pakan buatan atau inang alternatif

(6).   Tetap adaptif terhadap perubahan kondisi lingkungan

  1. Mengenal keunggulan dan kelemahan parasitoid dan predator, yaitu :

 

Parasitoid

Predator

Lebih spesifik Umumnya bersifat polifah
Sulit beradaptasi dengan lingkungan beragam, tetapi beradaptasi tinggi pada lingkungan inang Mudah beradaptasi dengan lingkungan beragam
Tingkat kemampuan mencari inang tinggi Tingkat kemampuan mencari mangsa umumnya rendah. Induk meletakkan telur dalam populasihamatinggi
Kemampuan memparasit tinggi, walaupun populasi inang rendah Lebih banyak memangsa apabila populasi mangsa tinggi
Satu siklus hidup hanya memarasit satu ekor inang Satu siklus hidup memangsa banyakhama

 

 

 

 

 

 

 

  1. Mengenal faktor-faktor yang mempengaruhi daya kerja parasitoid dan predator di lapangan, seperti berikut :

(1). Faktor habitat, faktor ini meliputi :

(a).  Faktor iklim, seperti curah hujan, suhu, angin, yang tidak    mendukung

(b). Tanaman inang, berpengaruh terhadap ketahanan atau kepekaan terhadap seranggahama

(c).  Ketersediaan pakan bagi parasitoid dewasa yang berupa madu, nektar, dan polen

(d).   Kompetisi dengan spesies lain

(e).   Pengaruh pestisida

(2). Faktor yang berhubungan dengan inang, faktor ini meliputi :

(a).  Sebagian besar generasi inang tidak sinkron dengan musuh alami

(b).  Terjadinya strain atau biotipe baru dari inang atau mangsa

(c).   Stadia inang pada waktu tertentu tidak cocok

(3). Faktor yang berhubungan dengan musuh alami, diantaranya adalah :

(a).   Adanya migrasi atau diapause

(b).    Reproduksi musuh alami rendah

(c).    Musuh alami bersifat kurang baik

Taktik pengendalian hayati dengan memanfaatkan parasitoid dan predator memiliki keuntungan-keuntungan : (a) bersifat “langgeng”, (b) bersifat selektif, (c) tidak menimbulkan ketahanan atau resistensi, (d) tidak mencemari lingkungan. Sedang kelemahan-kelemahannya adalah : (a) trial and error, (b) lamban dan rumit.

Patogen hama adalah mikroorganisme yang mengakibatkan hama menjadi sakit dan mati. Patogen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh inang (hama) melalui mekanisme transmisi sebagai berikut :

a. Melalui mulut saat makan, terus menuju ke pencernakan pakan

b.Melalui kutikula (kulit)hama

c. Melalui telur dari serangga betina (induk) terinfeksi

  1. Melalui permukaan telur terinfeksi

e. Melalui ovipositor terinfeksi saat induk endo-parasitoid meletakkan telur

Di lapangan pemanfaatan patogen serangga dapat dilakukan melalui 3 jalan, yaitu :

  1. Pemanfaatan patogn yang telah ada secara alamiah
  2. Introduksi patogen dari luar, bila di daerah tersebut belum ada
  3. Melalui aplikasi, misalnya dengan menyemprotkan insektisida mikrobia (Bactopein, Thuricide)

Adabeberapa keuntungan apabila menggunakan patogen sebagai agen pengendalian hayati, antara lain : (1) Hubungan antara inang-patogen bersifat spesifik, (2) Aman terhadap manusia atau hewan piaraan, (3) Kompatible dengan taktik pengendalianhamalain.

 

  1. TAKTIK PENGGUNAAN SENYAWA ATRAKTAN, REPELEN, FEROMON, DAN REKAYASA GENETIKA

Senyawa atraktan adalah senyawa kimia yang dapat menarik serangga untuk datang ke sumber senyawa tersebut berada. Senyawa atraktan dapat berasal dari alam (natural chemical attractant) dan senyawa atraktan buatan (synthetic chemical attractant). Contoh senyawa atraktan adalah :

  1. Sex pheromone, misalnya Hercon® merupakan senyawa gabungan dari (2)-11-Heksadecenal+(2)-9-Tetradecenal, dengan perbandingan 16:1 dapat menarik ngengat Heliothis virescens.
  2. Food lures, seperti methyl eugenol mampu menarik lalat buah Dacus spp.
  3. Oviposition lures, misalnya pasta rambut jagung mampu menarik ngengat betina Helicoverpa armigera.

Pemanfaatan senyawa atraktan tersebut berguna untuk : (a) Pemantauan populasi serangga hama, (b) Mengurangi populasi induk serangga hama, (c) Mempengaruhi perilaku serangga hama, seperti perilaku kawin, perilaku makan, mengelompok, perilaku meletakkan telur menjadi tidak normal.

Repelen adalah senyawa kimia yang tidak menarik, sehingga serangga bergerak menjauhi senyawa tersebut. Sebagai contoh adalah 6 MBOA yang terdapat di dalam tanaman jagung mengakibatkan batang keras dan tidak disukai oleh penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis. Senyawa gosipol yang terdapat di dalam tanaman kapas akan mengakibatkan boll tidak disukai oleh penggerek buah kapas Helicoverpa armigera.

Rekayasa genetika antara lain dilakukan dengan menyinari pupa jantan penggerek batang tebu dengan sinar gamma Co60 agar diperoleh imago jantan mandul. Metode tersebut dikenal sebagai teknik jantan mandul (male sterile tecknique). Populasi jantan mandul yang telah diperoleh dilepaskan ke lapangan agar mengawini betina normal di alam, maka hasil keturunan tersebut sebagian mandul dan sebagian normal. Dengan demikian akan menurunkan populasihama dari musim ke musim. Kecuali dengan sinar radio aktif, jantan mandul dapat diperoleh dengan chemosterilant misalnya TEPA®. Dua syarat keberhasilan metode jantan mandul adalah : (a) Populasi jantan mandul yang dilepas ke lapangan harus lebih banyak dibanding populasi jantan normal di alam, (b) Perilaku kawin jantan mandul harus tidak berubah sebagaimana jantan normal.

 

  1. TAKTIK PENGGUNAAN PESTISIDA

 

Pestisida adalah senyawa kimia yang dalam kadar yang sangat rendah (kurang dari 1 ppm) telah mampu membunuh OPT. Tidak hanya senyawa kimia saja yang dapat menyebabkan pestisida mampu membunuh OPT tetapi dapat berupa mikrobia atau produknya sehingga dikenal sebagai pestisida biologis. Mungkin juga dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan berkhasiat pestisida seperti mimba, deris, tembakau, krisan, yang dikenal sebagai pestisida nabati. Secara ringkas pengertian petisida dari berbagai sisi dapat diuraikan sebagai berikut :

  1. Penamaan berdasarkan OPT sasaran,

1). Membunuh OPT kelompokhama

a). Bila membunuh serangga dinamakan insektisida

b). Bila membunuh tungau dinamakan acarisida

c). Bila membunuh nematoda dinamakan nematisida

d). Bila membunuh moluska dinamakan molusida

e). Bila membunuh tikus dinamakan rodentisida

2). Membunuh OPT kelompok patogen

a). Bila membunuh jamur patogen dinamakan fungisida

b). Bila membunuh bakteri dinamakan bakterisida

3). Membunuh OPT kelompok gulma dinamakan herbisida

  1. Bahan aktif insektisida

1).  Organo alami, misalnya arsenat, merkurial, fluorial

2). Organo sintetik, misalnya organopospat, klor hidrokarbon, karbamat,   tiosianat, nitrofenol, sulfonat.

3).  Nabati, misalnya nikotinoid, rotenoid, piretroid, asediroid

4). Biologis, misalnya Bacillus thuringiensis, Metarrhizium, Baculovirus, Steinernema

  1. Formulasi insektisida

1). Berbentuk butiran, langsung digunakan dengan kode G (granuler) (Furadan 3 G)

2).  Berbentuk tepung, langsung digunakan dengan kode D (dust) (Sevin 5 D)

3).  Berbentuk cair, langsung digunakan kode ULV (ultra low volume) (Ambush 5 ULV) dan Aerosol (diberi tekanan, Baygon aerosol)

4).  Berbentuk tepung, bila mau digunakan harus ditambah air kode WP (wettable powder) (Lannate 25 WP), kode SP (soluble powder) (Padan 50 SP), kode S (Solution) (Sevin 85 S)

5).  Berbentuk cair, bila mau digunakan harus ditambah air, kode EC (emulsifiable concentrate) (Bayrusil 25 EC), kode LC (liquid concentrate) (Tamaron 200 LC), kode SCW (solution concentrate water) (Nuvacron 20 SCW), kode WSC (water soluble concentrate) (Bidrin 24 WSC)

6).  Fumigan, berbentuk gas (HCN, CS2), berbentuk cair (Metil Bromida), berbentuk padat (Fostoksin tablet)

7).  Umpan beracun, buatan pabrik siap saji (Klerat), bila akan digunakan harus dicampur dengan pakan (Zincphosphit, Racumin)

  1. Daya bunuh insektisida,

Diukur dengan LD50 (lethal dosage 50) atau LC50 (lethal concentrate 50) atau LT50 (lethal time 50). Batasan daya racun berdasarkan nilai LD50 seperti disajikan di bawah ini. Semakin tinggi nilai LD50 maka semakin rendah daya racunnya.

Kategori Daya Racun

Nilai LD50

Daya Racun Ekstrem 1 mg/kg atau lebih rendah
Daya Racun Tinggi 1-50 mg/kg
Daya Racun Moderat 50-500 mg/kg
Daya Racun Rendah 0,5-5 g/kg
Praktis Tidak Beracun 5-15 g/kg
Relatif Aman 15 g/kg atau lebih tinggi

 

 

 

 

 

 

  1. Cara kerja (Mode of Action) dan cara masuk (Mode of Entry)

No.

Cara kerja insektisida

Cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga

1.

Sebagai racun kontak

Lewat kutikula serangga (chitin, lapisan lilin), dermal

2.

Racun perut

Lewat mulut, oral

3.

Racun pernafasan

Lewat saluran pernafasan

4.

Sebagai racun sistemik

Lewat mulut (oral), tetapi insektisidanya ditranslokasi dahulu ke dalam tubuh tanaman

 

  1. Teknik aplikasi dan alat aplikasi insektisida sesuai Formulasinya

 

NO.

CARA APLIKASI

FORMULASI

ALAT

1.

Disemprotkan

EC, WP, WSC, SCW, SP, S, AEROSOL, ULV

Sprayer (Automatik, Semiautomatik, Motor),

Mist Blower, alat ULV

2.

Ditaburkan, Dibenamkan

G

G

Alat Khusus

Cangkul, Bajak

3.

Dihembuskan

D

Duster

4.

Diinjeksikan

Insektisida bersifat sistemik

Injektor

5.

Dicampur pakan

Serbuk halus, padat

6.

Diemposkan

Serbuk kasar belerang

Emposan

7.

Fumigasi

Gas, Cair, Padat

Alat Khusus

 

Dalam penggunaannya dikenal istilah dilema pestisida, yaitu disatu fihak pestisida memang sangat diperlukan karena : (1) Memiliki efektivitas tinggi, (2) Bekerja secara cepat sehingga hasilnya cepat terlihat, (3) Bersifat konsisten, (4) Dapat digunakan pada setiap waktu dan setiap tempat, (5) Mudah diperoleh di pasaran. Tetapi dilain fihak pestisida memiliki sifat-sifat yang kurang baik karena : (1) Memacu timbulnya resistensi hama, (2) Memacu timbulnya resurgensi hama, (3) Memacu munculnya ledakan hama kedua, (4) Membunuh serangga berguna (parasitoid, predator, polinator, dekompositor), (5) Meninggalkan residu pada tanaman, air, tanah, bahkan udara yang membahayakan, (6) Menimbulkan pencemaran lingkungan, (7) Nilai ekonomiknya mahal bila dilihat dari internal maupun external cost-nya.

Dalam rangka mengatasi dilema pestisda tersebut, maka penggunaan pestisida harus secara rasional dan bijaksana. Dasar penggunaan pestisida adalah populasihamaatau tingkat kerusakan tanaman yang telah mengarah ke nilai kerugian ekonomik. Dalam hal ini terdapat dua batas ekonomik yaitu Ambang Ekonomik (AE) sebagai batas penyemprotan pestisida, dan Aras Luka Ekonomik (ALE) sebagai batas kerugian ekonomik dalam usaha taninya. Untuk melihat apakah populasihamaatau tingkat kerusakan tanaman sudah sampai ke AE atau ALE belum, maka perlu dilakukan pemantauan populasihamaatau tingkat kerusakan tanaman secara rutin (misalnya setiap minggu) dan cermat. Apabila populasihamaatau tingkat kerusakan tanaman telah sampai ke AE maka pertanaman tersebut direkomendasikan untuk segera disemprot agar populasihamaatau tingkat kerusakan tanaman tidak pernah sampai ke ALE. Oleh karena itu penggunaan pestisida secara rutin (misalnya setiap minggu, setiap 5 hari) tidak dibenarkan. Idealnya tidak perlu menggunakan pestisida, sedang kalau terpaksa harus seminimum mungkin.

Sangat bijaksana apabila terpaksa menggunakan pestisida memilih pestisida yang efektif fisiologis (efektif untuk OPT sasaran) dan efektif ekologis (aman terhadap musuh alami dan serangga berguna lain, tidak persisten tetapi mudah dan cepat terurai). Demikian pula harus memperhatikan dosis, konsentrasi, waktu apikasi, alat aplikasi, dan keamanan atau keselamatan pekerja. Taktik pestisida merupakan alternatif terakhir manakala taktik pengendalian lain sudah tidak mampu mencegah peningkatan populasihamaatau tingkat kerusakan tanaman.